Unforgotten Ramadhan

Hello everyone !

Hari ini, 23 Mei 2020.
Delapan puluh tiga hari sejak kasus pertama Covid-19 di Indonesia resmi diumumkan.
Total kasus terkonfirmasi yaitu 20,796 orang, dengan jumlah pasien yang sembuh sebanyak 5,057 kasus dan yang meninggal sebanyak 1,326 kasus.

Hampir tiga bulan #dirumah aja dan bekerja dari rumah.
Sungguh, ini tidak mudah. It's very tough, really. Anxiety yang makin meningkat, kebosanan akut yang terkadang menuju depresi, susah tidur, tidak nafsu makan, tidak excited untuk melakukan hal apapun. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menulis lagi, setidaknya sekali dalam seminggu, lumayan untuk menghilangkan anxiety karena memang dari dulu menulis adalah caraku untuk release the stress.
Agak awkward karena sudah lama aku tidak menulis apapun, cerita-cerita dan kata-kata yang berputar di dalam kepala tapi ujung-ujungnya hanya menjadi wacana, hahaha.

Well, back again to the topic. Yes, world now face a big pandemic, Covid-19. Started from Wuhan now almost of all countries in this earth got that virus. Siapa yang menyangka kita bakalan menghadapi situasi seperti ini? Yes, udah banyak memang film-film yang pernah mengangkat tema seperti ini, but I think no one ever think that someday this gonna be happen. In our real life.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang terkena virus ini juga sudah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Sudah dari akhir bulan April jam operasional transportasi umum dibatasi, mall dan pusat perbelanjaan ditutup, restoran yang hanya menerima delivery dan take away, penutupan akses dari dan ke luar kota.
Tapi hari ini, darah rasanya mendidih melihat berita. Hari ini orang-orang berdesak-desakan memadati beberapa pusat perbelanjaan, jalanan dan pasar-pasar. Seakan tidak ada apa-apa. Bahkan ada yang tidak menggunakan masker. Physical distancing? ah lupakan saja ! Baru beberapa hari yang lalu aku menangis membaca berita tentang seorang perawat yang tengah hamil empat bulan akhirnya gugur setelah berjuang menghadapi virus Corona. Sebelumnya aku memang sudah berhenti membaca berita mengenai virus ini, aku sudah tidak pernah melirik data mengenai kasus virus ini yang terjadi di Indonesia, buat apa, hanya menambah anxiety. Aku percaya para pemimpin kita di luar sana punya cara jitu untuk mengatasi musibah ini bersama-sama. Sedih rasanya melihat pengorbanan dari salah satu tenaga medis kita yang akhirnya kehilangan nyawanya (dan nyawa bayinya !) membayangkan perasaan keluarga yang mereka tinggalkan. Tapi, hari ini hal itu rasanya seperti sia-sia, menjadi terlupakan begitu saja.
"H-1 Lebaran, pasar diserbu warga sejak pagi, abaikan PSBB"
judul-judul berita semacam itu berseliweran di platform berita dan social media hari ini.
Betapa manusia bisa menjadi begitu egois dengan manusia lainnya.

Aku tahu Ramadhan dan Idul Fitri di tahun ini jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya. Ada yang baru saja kehilangan pekerjaannya, ada yang tidak bisa pulang menemui keluarganya, ada yang harus tetap standby di garis terdepan untuk bekerja, kita tidak bisa melaksanakan ibadah sholat tarawih berjama'ah di masjid, sholat Idul Fitri yang mungkin di beberapa tempat tidak diadakan, atau diadakan dengan segala keterbatasan yang ada. No jabat tangan, no sungkeman, no silaturrahmi ke rumah keluarga besar, handai tolan tercinta dan tetangga. Tapi beberapa orang egois di luar sana mengacaukan semuanya. Mungkin bagi mereka lebaran hanyalah sebatas ketupat opor, baju baru dan kue nastar. Aku tidak menyalahkan mereka yang hendak merayakan lebaran dengan tradisi seperti biasanya. Tetapi bisakah tetap perhatikan aturan yang ada?

Yang pasti Ramadhan dan Lebaran tahun ini akan menjadi Ramadhan dan Lebaran yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupku. Di antara keterbatasan-keterbatasan yang tercipta, terselip rasa bahagia karena beberapa do'aku ternyata dikabulkan Allah di tahun ini dengan adanya pandemi ini.
Akhirnya pertama kalinya setelah beberapa tahun aku lupa (semenjak kuliah jauh dari rumah dan bekerja) akhirnya aku bisa merasakan berbuka puasa tepat waktu, di rumah, full team dan full selama Ramadhan. Mungkin ini satu-satunya kesempatan aku merasakan hal itu seumur hidupku. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Akupun diberikan waktu yang lebih banyak di tahun ini untuk beribadah di rumah, tidak terpotong dengan waktu yang harus dihabiskan di perjalanan kantor-rumah dan sebaliknya.


Semoga diantara musibah ini yang lain pun merasakan nikmat yang sama denganku. Besok sudah Hari Raya Idul Fitri, maka melalui tulisan ini aku ingin memohon maaf lahir dan bathin, semoga kita diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri di tahun depan.
Stay strong, hang on and stay health, everyone.


Love,
Rizta









Komentar

Postingan Populer