DAY 1: describe your personality

Assalamu'alaikum,


Semoga kalian yang membaca tulisan ini dalam keadaan sehat-sehat yaa, aamiin. Udah lama banget pengen nulis lagi tapi tetep ada excuse yang sampe sekarang masih jadi batu sandungan, apalagi kalau bukan MALES ! hahaha, susah sih kalau udah males, jangankan nulis, gerak aja ogah, akhirnya waktu terbuang percuma lagi tanpa ada output apa-apa.

Jadi ceritanya tadi malam liat storynya teman di instagram dan dia share 30 days writing challenge. Sepertinya menarik, mungkin ini bisa jadi obat dari rasa MALES yang ga hilang-hilang tadi yaa, semoga (doakan aku istiqamah pemirsa).

Hari ini topiknya itu "describe your personality". Hmm, susah susah gampang sih buat menjelaskan yang satu ini, karena sampai detik ini akupun masih belajar memahami diri sendiri, hahaha. Dua kali ikut tes kepribadian online mulai dari 2 personalities up to 16 personalities, hasil yang keluar selalu sama, I am an extrovert !

Cukup gampang ditebak, dari testimoni orang-orang di sekitar tanpa perlu melihat hasil tes kepribadianku, sudah pasti jawaban mereka adalah sama, Rizta itu extrovert. Gimana ya? bener ga ya? kok aku sendiri ga ngerasa jawaban itu sepenuhnya benar? 

Jadi, kalau dari aku sendiri menggambarkan personalitiku adalah, aku itu:

Gampang dekat dengan orang.

Iya, dari dulu aku bisa gampang aja gitu ngobrol sama orang, mulai dari ngobrol sama sepupu yang diem banget sampai neneknya kakak ipar yang udah pikun ! hahaha. It's a gift I think, ga semua orang bisa berkomunikasi dengan nyaman apalagi dengan orang baru (mungkin aku urat malunya udah putus guys), tapi aku lebih merasa ga nyaman kalau cuma diem-diem bae, enakan juga ngobrol, ya ga sih, manatau nyambung, bisa nambah temen, nambah cerita, nambah sudut pandang baru, nambah link bahkan bisa nambah keluarga (kalau ternyata cerita kita pun bersambung sampai ke pelaminan uwuwu). 

Ekspresif (dan periang).

Pernah liat influencer pas lagi review makanan ga? atau Fitri Tropica pas lagi ngomong? nah eta begitulah aku kurang lebih, bahahah.  Kalau cerita muka ikutan gerak menambah dramatis, apalagi kalo ngasi komen ke sesuatu, benda kek, film baru kek, beeeh kalah S3 Marketing 😆😆 Kalau banyak yang bilang aku lucu, ya gatau juga sih, kadang keceplos aja gitu kata-kata yang emang terlintas di kepala trus bikin yang lain jadi ngakak, mungkin srimulat butuh tambahan personil?

Impulsif 

Tapi cuma buat jalan-jalan ya, kalau yang lain aku masih bisa tahan. Pantang banget diajak jalan, anaknya pasti langsung yes ga pake mikir. Diajak dadakan? ga masalah, masa kalah sama tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan (you sing you lose !), ga ada duit? diada-adain deh, belum izin ke mama? nanti menjelang hari H diusahakan, iya, aku seimpulsif itu monmaap.

Cuek

Mungkin karna dari dulu itu terbiasa apa-apa sendiri jadinya malah kebawa sampai sekarang. Aku terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku perempuan dan adikku laki-laki. Kalau kata orang, aku terlahir di posisi sulit (masa iya?) dimana bukan menjadi pusat perhatian lagi dan sebelum waktunya harus merelakan juga perhatian orang-orang cenderung tersedot ke adikku sebagai anak laki-laki satu-satunya yang tentu saja kehadirannya sudah ditunggu-tunggu dan diharap-harapkan. Aku terbiasa dengan "lungsuran", entah itu pakaian sampai buku pelajaran sekolah. Aku terbiasa dan dibiasakan untuk mengalah. Marah? dipendem, kecewa? ga bilang, kepengen? takut minta, tunggu ditawarin aja. Jadilah aku terbiasa berpikir sebatas diriku sendiri, tapi bukan dalam konteks egois ya, maksudnya kurang inisiatif dalam berinteraksi dengan orang lain, jarang memulai pembicaraan duluan, jarang memulai random talk dengan orang lain (dan emang ga ada hal yang penting-penting amat juga buat ditanyain), kurang afeksi dan cenderung kaku, yep that's me.



Rizta di umur 1 tahun




Rizta di umur 29 tahun


Mungkin untuk yang lainnya hampir sama ya dengan kebanyakan orang, keras kepala (tapi ya ga bisa buat mecahin batu juga), egois? hmm kayaknya engga, aku lebih ke memikirkan perasaan orang daripada diri sendiri, ga baik sih emang, itu namanya egois dengan diri sendiri. Ohiya aku juga susaaah banget percaya sama orang baru yang mencoba memasuki hidup aku lebih dalam lagi (tsaaah), mungkin pengaruh luka lama dari perjalanan hidup yang belum sepenuhnya sembuh, dan sedang on the way mencari cara sambil belajar untuk penerimaan diri.

Pekerja keras (kok kayak di application letter ya 😅) tapi emang iya, kalau aku pengen kerjaan itu selesai aku bakalan selesaikan di hari itu juga. Terus karena aku selalu put best effort dalam setiap hal yang aku lakukan (walaupun kadang ditengah-tengah mager menyerang) makanya begitu outputnya aku anggap ga sepadan aku jadi kecewa, tapi sekarang aku percaya, apalah kita di mata manusia, mau sesempurna apapun pasti tetap ada minus dan kurangnya jadi yawis mending cari ridhonya Allah aja, do the best in everything dan tawakkal, alhamdulillah lebih legowo karna apapun yang aku dapatkan nanti sudah pasti itu yang terbaik yang dikasih Allah ke aku. Aku juga bisa dibilang gampang meledak  (tabung gas kali ah, lol) tapi cepat juga redanya pemirsa. Sekarang lebih belajar untuk mengontrol emosi sih, semuanya dipikirin dulu dengan kepala dingin, kalau udah adem baru deh lanjut, mungkin karena faktor u ya jadi mikirnya bisa lebih wise gitu (u adalah cari tau aja sendiri).

Aku juga orangnya ga suka basa-basi, jadi kalau suka ya suka, engga ya engga, langsung (makanya ga PHP tapi sering di PHP-in, ehmaap curhat, lol), ga suka sama yang ribet-ribet juga, lebih mengutamakan akal logika daripada perasaan (makanya kadang suka dibilang ga punya perasaan), suka nampil walaupun takut (lah gimana?), iya, jadi aku tuh suka aja nyoba hal-hal baru, makin menantang kok kayak makin pengen 😆 suka sama sesuatu yang rapi walaupun hidup masih berantakan (eaaa).

Baiklah, mungkin itu sebagian dari pemahamanku terhadap diriku sendiri, untuk selanjutnya aku masih belajar dan akan terus belajar untuk memahami diri ini, karena siapa yang mau memahami aku jika aku sendiri tidak mau mengenal diriku lebih baik lagi, ya kan.

Semoga dengan mengenali diri dengan lebih baik lagi, kita bisa belajar berdamai dengan luka masa lalu, memberikan apa yang sebenarnya diri kita butuhkan dan menyayangi diri kita sehingga kita pun bisa berbagi kebahagiaan dengan orang-orang disekitar kita, aamiin.


Love,

Rizta


Komentar

Postingan Populer